Rabu, 03 Oktober 2012

Perang saudara yang Berlarut-Larut.... sejak kapan ???

 Tawuran yang marak terjadi di antara pelajar mulai muncul kembali dipermukaan, Benturan antar Ormas, Tawuran antar pelajar, Tawuran antar fakultas dalam satu kampus, Tawuran antar Desa , Bentrokkan Aparat dengan Massa buruh dan masih banyak lagi yang terjadi dalam kurun waktu belakangan ini, Setelah hilang seperti ditelan bumi beberapa tahun belakangan.
Terkadang karena hal sepele akhirnya dua kubu akan membentuk kekuatan massa untuk menggempur kelompok lain sehingga menimbulkan korban.
  Saya ingat beberapa tahun yang lalu sekitar tahun 2005 tanpa disengaja saya berkenalan dengan seseorang yang mengaku pernah membunuh lawannya dari pihak sekolah lain yang notabene adalah salah seorang siswa pelayaran daerah jakarta, dan anehnya dengan bangga dia menunjukkan kliping sebuah surat kabar yang sengqaja dia kliping untuk kenang-kenangan katanya...wow menyeramkan sekali mendengar cerita yang menurut sumber sangat mengasyikan, pada saat bisa melukai tau sampai membunuh lawannya.....ckckckck...luar biasa sadis menurut saya.
  Baru saja kita mendengar seorang siswa salah satu sekolah favorit di daerah jakarta Selatan menjadi korban pertarungn berdarah antara siswa, yang konon kabarnya sudah bertahun-tahun tidak pernah selesai...saya jadi ingat seperti jaman kerajaan dahulu kala...menyusun siasat lalu menyerang tanpa ampun lawan mereka, yang sebetulnya masih saudara sebangsa.
  Saya akhirnya mulai bertanya-tanya sejak Kapan fenomena perang saudara di Nusantara sudah terjadi, ada beberapa sumber yang saya dapat sejak jaman Majapahit, kalaupun sejak jaman itu tentu berbeda dengan jaman sekarang yang notabene tidak perlu adanya Agresi kekuatan massa yang banyak untuk menaklukkan suatu daerah yang diinginkan. Beda hal pada saat itu kita coba menaklukkan 1/3 dunia untuk tunduk dibawah kekuasaan Majapahit yang pada kala itu mempunyai seorang Mahapatih Gajah Mada. Ataukah sekarang banyak yang ingin seperti beliau menjadi seorang mahapatih di jaman modern ( kemungkinan besar ??? )
Nah kalau kita sudah berbicara tentang Mahapatih Gajah mada, marilah kita mencoba melihat dari sisi yang baik:
Orang Kuat dari daerah Maddha yang lebih dikenal Gajah Mada ini, pada saat pelantikannya menyatakan Sumpah Palapa „Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa“

Jadi Beliau sebagai orang berkuasa dan kuat, tidak memaksakan kehendaknya kepada Masyarakat Lingkungannya untuk Menahan diri dalam menikmati kepuasan Duniawi ataupun belagak Suci, tetapi Gajah Mada hanya bersemedi melawan dan memerangi dirinya sendiri.

Walaupun beliau memiliki kemampuan dengan tindakan kekerasan untuk memaksakan masyarakat disekitarnya melakukan hal yang sama seperti Sumpah Palapanya.

Tetapi kalau ditelaah dari peninggalan Majapahit, selain adanya peninggalan dari berbagai Agama, juga untuk menaklukan ataupun mengawasi daerah kekuasaannya tidaklah mungkin dengan kekerasan tetapi kecintaan dan perdamaian diseluruh Nusantara,

Dan dari tempat kelahirannya dapat kita simpulkan, dia juga biasa menaruh senjatanya di belakang punggungnya, suatu kebiasaaan untuk datang dengan menunjukan Perdamaian dan Kecintaan.

Dari peninggalan patung yang banyak kita jumpai disimpulkan dapat dari wajahnya, bahwa Senjata utama beliau adalah ketajaman cara berpikir dan ketenangan Jiwa.

Hal inilah yang harus diserap dan ditelaah kembali oleh Siswa dan Mahasiswa, jadi Beliau menjadi besar dan dapat mempersatukan Nusantara bukan dengan Jiwa kerdil dan kepengecutannya menyerang musuhnya yang tidak bersenjata dengan senjata tajam dari belakang, tetapi beliau mencintai masyarakat Nusantara dan melakukan musyawarah dan bukan menghasut Temannya untuk mengerubuti seseorang.

Dan saya setuju dengan Tulisan dari Bpk. Sander Diki Zulkarnaen, M.Psi di Komisi Perlindungan Anak Indonesia

Sedangkan untuk menjawab pertanyaan di Bisnis.com mengenai „TAWURAN SMA 6 VS SMA 70: Perkelahian Pelajar Di Bulungan Sudah Jadi Tradisi, Mengapa? „

Saya rasa itu bukanlah Tradisi bangsa di Nusantara, melainkan bangsa yang makin kehilangan tradisinya.

Sangat menyedihkan jatuhnya korban yang kemungkinan besar hanya kebetulan berada ditempat tawuran itu antaranews.com Keluarga sebut korban tawuran Tebet anak baik
Masalah Tawuran ini adalah Masalah Bangsa dan bukan hanya Peran Masyarakat Diperlukan untuk Mencegah Tawuran,seperti yang di tuliskan di Kompas.com

  Semua kejadian diatas marak terjadi karena sudah tidak seimbangnya tatanan soial dimasyarakat kita, yang akhirnya memicu konflik sosial budaya secara berurutan dan signifikan.
Kalau saya baca dari beberapa buku sejarah Nusantara dahulu nenek moyang kita menekankan Kearifan Lokal yang membumi luar biasa, sehingga dapat meredam terjadinya benturan antar individu atau kelompok besar pada masa itu.

Semoga saja dengan jiwa yang luhur dapat terciptanya kemakmuran di masyarakat kita kedepannya

Salam Nusantara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar